Claudia Jessica Official Writer Pada artikel sebelumnya kita telah membahas sejarah terbentuknya Alkitab yang merupakan firman dari Allah. Kamu bisa baca di FaktaAlkitab Sejarah Alkitab, Firman Allah yang Hidup Perlu ribuan tahun untuk menghasilkan Alkitab yang ditulis dengan latar belakang yang berbeda-beda. Apakah isi Alkitab bertentangan satu dengan yang lain? Siapa yang Alkitab ceritakan di setiap isinya? Perjanjian Lama, dengan Bahasa Ibrani Sebelum ditulis, kisah–kisah tentang Allah dan hubungannya dengan manusia dikisahkan turun temurun secara lisan. Setelah manusia mengenal tulisan sekitar tahun 1800 SM, maka kisah–kisah lisan tadi mulai dituangkan dalam tulisan. Tulisan paling tua dalam Alkitab Ibrani, mungkin berasal dari tahun 1400 SM – 1300 SM. Kitab Kejadian diduga ditulis pada tahun 1400 SM pada jaman Musa. Meski ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kitab Kejadian ditulis ulang jauh setelah Musa meninggal. Sementara kitab yang paling muda dalam Alkitab Ibrani Perjanjian Lama ditulis sekitar abad kedua SM, seperti kitab Daniel. Kita dapat perhatikan bahwa rentang waktu penulisan keseluruhaan Perjanjian Lama membutuhkan waktu tidak kurang dari 1000 tahun, yang ditulis menggunakan Bahasa Ibrani. Semua kitab dalam Perjanjian Lama ditulis sebelum kelahiran Yesus, yang mana 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan sisanya dalam bahasa Aram, seperti beberapa bagian dalam Kitab Daniel dan Kitab Ezra. Septuaginta Awalnya, Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Atas permintaan Raja Ptolomeus II dari Alexandria, Mesir dan juga karena perkembangan komunitas Yahudi di luar Palestina, maka pada abad ketiga SM, para sarjana Yahudi di kota Aleksandria, menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani, yang memang pada saat itu merupakan bahasa yang dipakai oleh orang Yahudi yang hidup di sekitar wilayah Laut Tengah. Alkitab terjemahan ini dikenal sebagai Septuaginta, biasanya disingkat dengan LXX yang berarti tujuh puluh. Diceritakan ada 72 sarjana Yahudi yang menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Septuaginta ini lalu dipakai oleh orang Yahudi yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaan Romawi. BACA JUGA Fakta Alkitab Sejarah Alkitab – Perusakan Rumah Ibadah di Zaman Alkitab Perjanjian Baru, dengan Bahasa Yunani Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab. Yesus dan para murid adalah orang Yahudi yang menggunakan bahasa Aram dan memakai Alkitab Ibrani. Rasul Paulus dan jemaat Kristen mula–mula menggunakan bahasa Yunani. Kedua puluh tujuh kitab yang sekarang ada dalam Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa resmi kekaisaran Romawi saat itu. Kitab I Tesalonika adalah kitab paling tua dalam Perjanjian Baru, yang diperkirakan ditulis pada tahun 50 M oleh Rasul Paulus. Sementara kitab-kitab Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ditulis antara tahun 60 M sampai dengan tahun 100 M. Bahasa Aram di zaman Yesus BACA HALAMAN SELANJUTNYA ->Bahasa Aram di zaman Yesus Pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi di Palestina umumnya berbicara dengan bahasa Aram, sedangkan bahasa Ibrani hanya digunakan oleh kalangan khusus dan untuk kepentingan ibadat. Sedangkan bahasa Yunani merupakan bahasa yang umum dipergunakan di wilayah Mediterania. Maka tak mengherankan bahwa Alkitab yang dipergunakan oleh para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah Alkitab terjemahan dalam Bahasa Yunani. Semua kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis sejak awal dalam bahasa Yunani. Karena itu, Kanon Kitab Suci Septuaginta-lah yang dipakai Gereja Katolik sebagai Kanon Perjanjian Lama. Kanon Alkitab Alkitab yang kita kenal saat ini, pada awalnya merupakan tulisan-tulisan yang terpisah-pisah berdasarkan rentang waktu dan jaman penulisannya. Alkitab bertumbuh sebagai bagian dari proses seleksi yang disebut kanonisasi, berasal dari kata “kanon”. Kata kanon secara harfiah memiliki arti gelagah atau buluh. Dalam dunia kuno, gelagah digunakan sebagai tongkat pengukur atau kayu penggaris untuk membuat garis yang lurus. Kanon Alkitab maksudnya adalah peraturan, standar, ukuran yang dipakai untuk menentukan kitab-kitab yang diakui diilhamkan oleh Allah sendiri. Pada tahun 367, Uskup Athanasius dari Aleksandria memberikan arti teologis pada istilah kanon. Kata ini dipakai untuk menunjuk kepada Alkitab. Oleh karena itu, kanon didefinisikan sebagai daftar naskah kitab-kitab dalam Alkitab berjumlah 66 kitab yang telah memenuhi standar peraturan-peraturan tertentu yang diterima oleh gereja Tuhan sebagai kitab-kitab Kanonik, yang diakui telah diinspirasikan oleh Allah serta memiliki otoritas penuh dan mutlak terhadap iman Kristen. Dalam Kanonisasi Alkitab akan dibagi menjadi dua bagian yakni kanonisasi Tanakh Alkitab Perjanjian Lama dan Kanonisasi Perjanjian Baru. BACA JUGA Fakta Alkitab Mengungkap Sejarah Penerjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Dari Jaman Belanda Kanon Alkitab Perjanjian Lama Perdebatan mengenai kanon Perjanjian Lama sangat sedikit dibandingkan dengan Perjanjian Baru. Orang-percaya yang berbahasa Ibrani mengenali utusan-utusan Allah, dan menerima tulisan-tulisan mereka sebagai diilhamkan oleh Tuhan. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan rujukan landasan pengkanonan Perjanjian Lama, yaitu - Kanon dikaitkan dengan nubuat - Kanon dikaitkan dengan perjanjian covenant - Kanon Perjanjian Lama dipastikan melewati rujukan-rujukan Perjanjian Baru terhadapnya - Kitab dalam kanon Perjanjian Lama harus ditulis dalam bahasa Ibrani, pengecualian untuk kitab-kitab dalam Aramaik seperti Daniel pasal 2-7, dan beberapa bagian dalam kitab Ezra Ezra 48–618; 712–26. - Kemudian tulisan itu harus disahkan dengan penggunaan di kalangan komunitas Yahudi, contoh Kitab Ester dengan hari raya Purim yang memungkinkannya dimasukkan dalam kanon. Di samping itu, tulisan itu harus mengandung salah satu tema besar dalam Yudaisme, seperti pemilihan, atau perjanjian, dan harus ditulis sebelum zaman nabi Ezra, karena dipercayai bahwa wahyu Tuhan sudah berhenti sejak saat itu. Kanon Alkitab Perjanjian Baru BACA HALAMAN SELANJUTNYA ->Kanon Alkitab Perjanjian Baru Kanonisasi Perjanjian Baru dimulai oleh bapa-bapa gereja mula-mula. Klemen dari Roma mencatat paling sedikit delapan kitab Perjanjian Baru tahun 95. Ignatius dari Antiokhia mengenali sekitar tujuh kitab tahun 115. Polikarpus, murid Rasul Yohanes, mengakui 15 kitab tahun 108. Di kemudian hari Irenaeus mencantumkan 21 kitab tahun 185. Hippolytus mengakui 22 kitab tahun 170-235. Tahun 367, Uskup Aleksandria Athanasius menyusun daftar Alkitab Perjanjian Baru dengan jumlah 27 kitab yang kita kenal sebagai kitab-kitab Perjanjian Baru dalam Alkitab. Konsili Laodikea menjelaskan bahwa hanya Perjanjian Lama bersama dengan Apokripha dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru yang dibaca di gereja-gereja. Konsili Hippo tahun 393 dan Konsili Kartage tahun 397 juga meneguhkan ke 27 kitab yang sama sebagai kitab-kitab yang memiliki otoritas. Ada tiga prinsip yang dimiliki konsili-konsili ini dalam menentukan apakah suatu kitab Perjanjian Baru itu betul-betul diilhamkan oleh Roh Kudus. - Pertama, apakah penulisnya adalah seorang rasul atau memiliki hubungan dekat dengan seorang rasul - Kedua, apakah kitab itu diterima secara umum oleh Tubuh Kristus, dan - Ketiga, apakah kitab itu mengandung ajaran moral yang tinggi dan nilai-nilai rohani yang mencerminkan pekerjaan Roh Kudus Rentang waktu penulisan kitab-kitab yang kita kenal dalam Alkitab kita saat ini, memakan waktu sekitar 1500 tahun dari tahun 1400 SM-100 M. Bahkan proses pembentukannya menjadi Alkitab seperti yang kita kenal saat ini, membutuhkan waktu sekitar 1800 tahun 1400 SM - 367 M. Jika bukan karena kuasa Allah yang bekerja, maka mustahil terjadi pembentukan Alkitab yang membutuhkan waktu hampir 2000 tahun lamanya. Apa yang dilakukan oleh manusia dalam proses pengumpulan kitab-kitab Alkitab tidaklah sempurna, namun Allah, dalam kedaulatanNya, tanpa memandang kebodohan dan keras kepala kita, telah membimbing Gereja mula-mula untuk mengenali kitab-kitab yang diilhamkanNya. Yang paling menakjubkan, meski proses penulisan seluruh Alkitab terbentang dalam ribuan tahun, namun jika kita membaca secara teliti keseluruhan Alkitab, terlihat sangat jelas tentang kisah kasih Allah kepada manusia yang saling bertautan dari satu kitab ke kitab lainnya. Dengan mengetahui proses pembentukan Alkitab ini, menolong kita untuk tidak mudah digoyahkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa kitab orang Kristen yang ada saat ini telah diselewengkan. BACA JUGA FaktaAlkitab Sejarah Alkitab, Penyusunan dan Penulisan Alkitab 3/3 Sumber Halaman Tampilkan per Halaman
DiwartakanEarthSky, 13 November 2020 menjadi Friday the 13thClaudia Jessica Official Writer Tahukah kamu, bahwa saat ini agama Kristen menjadi agama dengan jumlah penganutnya mencapai 2,4 milyar di dunia. Di Indonesia sendiri ada gereja yang menurut data Kementrian Agama RI, setidaknya terdapat 28 juta lebih orang Kristen di Indonesia. Tapi dimasa gereja mula-mula, orang Kristen mengalami penganiayaan hebat bahkan banyak yang menjadi martir. Bagaimana gereja mula-mula mampu bertumbuh di masa sukar itu hingga akhirnya berita Injil masuk ke Indonesia? Yerusalem Pusat Gereja Mula-Mula Dalam pelayanan Yesus bersama murid-muridNya, Yesus pernah berjanji bahwa Ia akan mendirikan gerejaNya “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” Matius 1618 dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta Kisah 21-4, maka Gereja yang memiliki arti “kumpulan yang dipanggil keluar,” secara resmi dimulai. Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, para Rasul diberi tugas untuk memberitakan Injil dan menceritakan tentang kabar keselamatan kepada semua orang “sampai ke ujung bumi” Mat. 2819-20, Kis. 18. Kota Yerusalem akhirnya menjadi pusat tempat dimana gereja mula-mula dimulai. Sumber sejarah utama mengenai kekristenan di abad pertama adalah kitab Kisah Para Rasul. Kitab ini menceritakan sejarah gereja Kristen awal, dimana para pengikut Yesus dengan pimpinan Roh Kudus menyebarkan Kabar Baik. Gereja Mula-mula Kisah 241-47 mencatat cara hidup gereja atau jemaat mula-mula. Orang-orang yang bertobat karena khotbah Petrus, kemudian masuk menjadi Gereja Kristus. Mereka dicatat sebagai orang-orang yang bertekun dalam pengajaran para rasul, serta mengadakan perjamuan kudus dan berdoa kepada Tuhan. Dengan cara inilah mereka terus menambah pengetahuan akan Allah dan mendapatkan kekuatan untuk dapat bertahan di dalam penganiayaan sekalipun. Menurut beberapa sumber, sejak abad pertama para pengikut Kristus mulai mengadakan ibadah bersama di hari Minggu. Referensi Alkitab tentang pertemuan bersama umat Tuhan pada hari Minggu untuk “memecah-mecahkan roti” dan pengajaran ditulis dalam Kisah Para Rasul 207. Hal ini berbeda dengan Sabat Yahudi yang dilakukan pada hari Sabtu. Lalu Para Rasul yang menjadi inisiator gereja mula-mula kemudian pergi keluar Yerusalem untuk memberitakan Injil. Siapakah para rasul itu, dan kemana mereka pergi mendirikan gereja mula-mula? Untuk lebih detailnya kalian bisa baca dalam Seri 12 Murid Yesus. Rasul Menjadi Martir Gereja pada abad pertama biasa disebut sebagai gereja pada zaman rasul-rasul. Hal ini dimulai dari hari Pentakosta sampai pada kematian rasul terakhir yaitu Rasul Yohanes. Periode Apostolik ini berlangsung kurang lebih 70 tahun, dari kira-kira tahun 30 Masehi sampai tahun 100 Masehi. Begitu banyak Rasul yang menjadi martir karena pemberitaan Injil pada era ini. BACA JUGA Turki, Tempat Lahirnya Gereja Mula-mula Yang Kini Hampir Mati. Mungkinkah Bangkit Kembali? Martir pertama dimulai dari Stefanus yang dirajam batu sampai mati. Setelah Stefanus, Rasul Yakobus anak Zebedeus dicatat menjadi martir dengan dipenggal kepalanya. Filipus juga menjadi martir setelah dipenjara dan dicambuk yang kemudian disalibkan. Lalu ada Rasul Tomas yang ditusuk dengan tombak dan dilempar ke api, Rasul Matius yang kepalanya dipancung, lalu Yakobus adik Tuhan Yesus, Rasul Andreas disalib di kayu berbentuk X, Rasul Petrus disalib terbalik, dan Rasul Paulus martir dengan dipancung. Penganiayaan terhadap gereja bukan hanya terjadi kepada para rasul, tetapi juga kepada jemaat mula-mula. Mulai dari jemaat di Yerusalem yang dicatat Kisah Para Rasul 81, sampai pada penganiayaan yang terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero. Baca halaman selanjutnya ->Begitu banyak hal mengerikan terjadi pada gereja mula-mula abad pertama. Namun disaat tantangan menekan, kekristenan justru mampu bertahan bahkan berkembang dan bertumbuh dengan cepat. Jika dilihat dari kacamata dunia, seharusnya Gereja tidak dapat bertahan sama sekali. Namun dapat dilihat kembali bahwa Tuhan Yesus sendiri yang mendirikan gereja-Nya di dunia dan mengatakan bahwa alam maut tidak akan menguasainya Matius 1618. Ini adalah jaminan yang diberikan kepada gereja-Nya dan dibuktikan kebenarannya di sepanjang sejarah gereja abad pertama. Kekristenan masuk ke Indonesia Penganiayaan Jemaat di Yerusalem di abad pertama, membuat Jemaat mula-mula tersebar di luar Yerusalem ke daerah Yudea dan Samaria. Lalu berkembang di wilayah Helenistik. Sejak abad ke-17, penjelajah-penjelajah dari Eropa menjelajahi seluruh dunia dan pada saat yang bersamaan, mereka juga membawa iman kristen. Terkadang penduduk asli yang mereka datangi dipaksa menerima iman mereka di bawah ancaman senapan, tetapi mayoritas pertobatan yang terjadi di luar Eropa adalah berkat jasa-jasa para misionaris tak bernama, baik Kristen maupun Katolik, yang tinggal dan mengajar masyarakat setempat. Di Indonesia sendiri, Injil masuk melalui jalur dagang. Dalam satu buku yang di tulis di Mesir tahun 1050 dan yang mengandung data mengenai gereja-gereja serta biara-biara Kristen di Asia pada zaman itu, dikatakan bahwa ada beberapa gedung gereja di Fansur. Mungkin Fansur itu adalah Barus di pantai barat, Sumatera Utara. Mungkin juga ada orang-orang Kristen di Jawa. Dalam abad ke-14, seorang misionaris dari barat singgah di Sumatera dua kali, tetapi bagaimanapun juga kehadiran orang-orang Kristen dari luar itu tidak meninggalkan bekas di Indonesia. Pada abad ke-16 dan 17 siar Kristen terus masuk ke Indonesia. Pelayanan misi yang dikerjakan misionaris Eropa pun menghasilkan gereja di nusantara. Jika kamu yang ingin membaca jejak Kristen pertama di Indonesia, baca Sejarah Kristen di Maluku, Awal Mula Kristen Masuk ke Indonesia. Saat ini ada puluhan ribu gereja di Indonesia dengan satu Injil yang sama. Mari kembali kepada panggilan kita sebagai Gereja milik Kristus yang sudah didirikan di atas dasar batu karang yang teguh, sehingga kita bisa meneruskan mata rantai Gereja Tuhan kepada generasi berikutnya. Anda diberkati dengan konten-konten kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini. Yuk bergabung jadi mitra hari ini. DAFTAR Sumber jawaban channel Halaman Tampilkan per Halaman
KunciMemahami Nubuat di Alkitab Bersyukur untuk Bible Camp Nasional 2022 yang telah diadakan pada tanggal 20-23 Juni 2022. Bersyukur untuk anak-anak yang telah mengikuti BCN 2022 ini. Berdoa kiranya Roh Kudus memelihara iman dan komitmen dari setiap anak serta mengobarkan api penginjilan di dalam hati mereka sejak masa muda mereka.
Apakahberkhotbah ada di dalam Alkitab? Dasar alkitabiah untuk khotbah ekspositori dapat ditemukan di banyak tempat di dalam Alkitab. Dalam perikop ini, Paulus memerintahkan pendeta muda Timotius untuk “memberitakan Firman.” Ketiga kata sederhana ini dalam konteksnya merupakan argumentasi yang kuat bagi perlunya khotbah ekspositori.PandanganPengaruh Plato Terhadap Pemikiran Kristen. Teori tentang ide-ide yang merupakan upaya permulaan yang mengkaji masalah tentang universal yang hingga kinipun belum terselesaikan. Teori ini sebagian bersifat logis, sebagian metafisis. Ukuran kebenaran adalah logika, tetapi ingat! logika manusia terbatas, dimana manusia sebagai subjek dan
KisahNatal didasarkan pada rekening Alkitab diberikan dalam Injil Matius, yaitu Matius 1:18-Matius 2:12 dan Injil Lukas, khususnya Lukas 1:26-Lukas 2:40. Pohon Natal modern tradisi diyakini telah dimulai di Jerman pada abad ke-18 meskipun banyak yang berpendapat bahwa Martin Luther memulai tradisi di abad ke-16. Superimposing nya visiMerekaadalah para pemikir, penulis, teolog, dan filsuf zaman dahulu yang membentuk banyak dari pemikiran ”Kristen” dewasa ini—Bapak-Bapak Gereja. ”ALKITAB bukan satu-satunya firman Allah,” kata profesor kajian keagamaan yang berhaluan Yunani Ortodoks, Demetrios J. Constantelos. ”Roh Kudus yang menyingkapkan firman Allah tidak dapat
2 Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah pada anggota masyarakat tcrhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kclompok masyarakat.AbadPertengahan. Dari abad ke-11 hingga ke-15. Secara umum, Abad Pertengahan ditandai dengan fragmentasi kekuatan politik dan militer sebagai konsekuensi dari kekosongan yang disebabkan oleh jatuhnya Kekaisaran Romawi. Namun di babak kedua, akhir Abad Pertengahan, kekuatan baru mulai memantapkan diri dan perubahan sosial dan Kebudayaanperunggu telah dimulai di Vietnam Utara pada tahun 2500 SM. Hasil hasil artefak kebudayaan ini tersebar dari Myanmar hingga Kepulauan Kei di Indonesia Timur. Kebudayaan ini biasanya diguna OZuzpl1.